Senin, 18 Februari 2013

Gondjang-Gandjing Kampoes: Kasih Sayang dalam Budaya - ITB | Berita




Minggu, 17 - Februari - 2013, 17:42:36 | shabrina


Dalam Gondjang Gandjing Kampoes tahun ini Kementerian Seni dan Budaya KM ITB juga menyelanggarakan program Exchange Unit dimana anggota masing-masing unit saling bertukar untuk mempelajari kebudayaan daerah lain. Satu bulan lamanya untuk saling belajar kesenian daerah lain dan pada acara Gondjang Gandjing Kampoes ini ditampilkan hasil pertukaran budaya tersebut.

Gondjang Gandjing Kampoes malam itu dibuka oleh penampilan modern dance dari Infinity ITB. Kemudian untuk lebih meningkatkan rasa cinta tanah air, seluruh penonton Gondjang Gandjing Kampoes bersama-sama menyanyikan lagu Indonesia Raya dengan khidmat. Lirik lagu Indonesia Raya yang dinyanyikan pada malam itu merupakan lirik lagu Indonesia Raya yang asli, terdapat beberapa perbedaan dengan lirik Indonesia Raya yang kita kenal sekarang namun sayangnya tidak diketahui orang Indonesia kebanyakan.

Kemudian acara dilanjutkan dengan pemberian sambutan daro ketua panitia Gondjang Gandjing Kampoes, Mikael Adi Surya (Fakultas Teknologi Industri 2012) dan Presiden Kabinet KM ITB, Anjar Dimara Sakti (Teknik Geodesi dan Geomatika 2008) secara bergantian membuka acara Gindjang Gandjing Kampoes ini.

Acara berlanjut dengan penampilan hasil Exchange Unit yaitu Tari Ratoh Duek yang dibina oleh Unit Kebudayaan Aceh (UKA) ITB. Tari Ratoh Duek merupakan tarian yang mengandung makna ibadah dan dilakukan secara duduk. Penampilan Exchange Unit selanjutnya adalah tarian pergaulan muda mudi khas Lampung yaitu Tari Bedana yang dilatih oleh Unit Kebudayaan Lampung (UBALA) ITB dan tarian tradisional Jepang yaitu Tari Gekitei Ondo hasil pelatihan dari Unit Kebudayaan Jepang (UKJ) ITB.

Penampilan selanjutnya merupakan medley lagu tradisional dari daerah Jawa yang dibawakan dalam versi choir oleh Paduan Suara Mahasiswa (PSM) ITB dengan sentuhan sinden yang memperkuat nuansa Jawa dari Perkumpulan Seni Tari dan Karawitan Jawa (PSTK) ITB. Kolaborasi selanjutnya merupakan kolaborasi antara musik tradisional dengan modern yang ditampilkan oleh APRES! ITB, Unit Kesenian Sumatera Utara (UKSU) ITB, Maha Gotra Ganesha (MGG) ITB, dan Unit Kebudayaan Minangkabau (UKM) ITB. Penampilan ini mendapatkan sambutan yang sangat meriah dari penonton.

Tak hanya unit-unit kebudayaan yang berkolaborasi, Keluarga Mahasiswa Teknik Industri (MTI) ITB, Himpunan Mahasiswa Pertambangan (HMT) ITB, dan Himpunan Mahasiswa SITH Nymphaea ITB pun turut berkolaborasi membawakan tarian dan lagu Kicir-Kicir.

Acara kemudian ditutup dengan sendra tari Rama dan Shinta yang dibawakan oleh Kecak Satu ITB, Maha Gotra Ganesha (MGG) ITB dan Lingkung Seni Sunda (LSS) ITB. Selama acara berlangsung puisi yang bertemakan kasih sayang dan budaya buatan Lingkar Sastra ITB pun dibacakan oleh pembawa acara Gondjang Gandjing Kampoes. Seluruh rangkaian acara ini menunjukkan bahwa dari seni dan budaya kita dapat belajar untuk saling mengasihi dan menyayangi. Gondjang Gandjing selanjutnya akan dilaksanakan di Pelesiran pada bulan April bekerja sama dengan Kementerian Pengabdian Masyarakat dan Kementrian Kebijakan Nasional KM ITB.

Minggu, 17 Februari 2013

Pendidikan Anak Usia 0 Th - 6 Th



Sita Blog│Senin, 18 Febuari 2013│14:20 WIB


Anak mencontoh apa yang dilakukan orang tua
ACAP KALI orang tua tak menyadari kesalahannya, kalau dalam mendidik anak pada usia dini (0 sampai 6 tahun) adalah salah. Kesalahan tersebut pada umumnya adalah pada cara membimbing dan  mengasuh anak yang hanya dengan bicara dan perintah saja, bukan dengan sikap dan prilaku serta contoh teladan yang baik.

Sebagaimana kita ketahui anak pada usia 0 sampai 6 tahun merupakan masa di mana tingkat daya serap dalam merespon apa yang dilihat dan didengarnya adalah mencapai 70-80 persen. Artinya, pada masa periode ini akan lebih efektif jika orang tua dalam membimbing dan mengasuh serta mendidik anaknya adalah dengan cara memberi contoh teladan serta sikap yang baik, bukan hanya sekedar bicara dan perintah-perintah yang terkadang sukar dilakukan oleh anak dalam usia dini ini.

Jadi utamanya orang tua, terutama sang ibu jangan sampai merusak perkembangan kecerdasan dan mental anak hanya karena kesalahan prilaku dan sikap yang mungkin tidak disadarinya.  Jika anak melihat perbuatan orang tuanya, ibu-bapaknya sedang membaca buku, sholat, dan bertutur kata yang baik, maka itu akan selalu diingat dan dicontohnya bahkan dipraktikkannyadalam aktifitas hidupnya sehari-hari. Begitupun sebaliknya, apabila orang tua, ibu dan bapaknya sering bertengkar dengan mengucapkan kata yang kasar dan tidak pantas, maka semua itu akan terserap dalam memorinya yang kemudian anak pun akan berprilaku dan berkata-kata seperti apa yang ada dalam ingatannya dan pernah disaksikannya itu.

Nah, bagi para orang tua yang mengasihi anak-anaknya tentu akan selalu memperhatikan perkembangan kecerdasan dan mental serta pertumbuhan fisik anak pada usia dini. Oleh karena itu berikanlah kasih sayang serta perhatian yang penuh dalam mendidik, mengasuh, membimbing anak dengan cara selain dengan kata-kata yang lemah lembut, juga utamanya adalah dengan memberikan contoh suri tauladan serta sikap dan prilaku yang baik. Dengan harapan semuanya itu akan tersimpan dalam diri anak jiwa yang bersih hingga mencapai  usia dewasa. Karena  manusia terbaik adalah manusia yang berbudi pekerti luhur. Seandainya hal tersebut tetap tercermin dan terpantul dalam prilaku hidup manusia dalam keseharianya, mungkin korupsi tak akan merebak seperti sekarang ini.

Penulis
Slamet Priyadi di Pangarakan - Bogor