Minggu, 28 Juni 2015

PENYAKIT KUNING PADA BAYI By Hugh Jolly

Image: "Sita Rose" ( Foto: SP )
Sita Rose
SAMPAI akhir-akhir ini kerap kali dokter terikat  oleh tugas memberikan transfusi pada bayi yang menderita penyakit kuning.  Teknik ini merupakan bagian pokok pengobatan penyakit kuning yang disebabkan penyakit rhesus atau kelahiran dini, atau penyebab lain yang lebih jarang pada anak yang baru lahir.  Pengobatan ini perlu untuk menghindari kerusakan pada otak yang dapat terjadi jika penyakit kuning itu mencapai tingkat yang berbahaya pada bayi yang baru lahir.

Namun, akhir-akhir ini pemberian transfusi ini banyak berkurang setelah diketahui bahwa penyakit rhesus ternyata dapat dicegah.  Penyakit ini akan timbul kalau seorang wanita yang sedang hamil mempunyai darah per-rhesus negatif sedang bayi yang dikandungnya mempunyai darah rhesus-positif .  selama waktu sakit melahirkan beberapa sel darah merah yang beredar dalam Placentia terperas masuk ke peredaran darah ibunya.  Selama beberapa Minggu sesudah itu darah merah yang asing di dalam peredarah darah ibu itu menyebabkan sang ibu membentuk antibodi-antibodi untuk melawannya dan lambat laun darah merah yang asing itu pun hancur.

Sang ibu tetap sehat seperti sediakala, tetapi kalau ia kemudian hamil lagi, beberapa di antara anti-bodi tersebut akan masuk ke peredaran darah bayi yang dikandungnya.  Kalau bayi ini Rhesus-positif, banyak dari darah merahnya akan hancur.  Kehancuran darah merah ini akan menimbulkan sakit kuning pada si bayi segera setelah tali pusatnya terputus karena hatinya (tidak seperti hati ibunya) tidak mampu melaksanakan pekerjaan yang sangat berat ini  tanpa mengalami kekurangan.

Cara untuk mengatasi masalah yang sulit ini – seperti banyak penemuan yang yang hebat lainnya – sangatlah sederhana.  Semua ibu yang per-Rhesus-negatif pada akhir sakit melahirkannya diberi suntikan anti-bodi Reshus (yang didapat dari sukarelawan pria).  Suntikan ini menghancurkan setiap sel Rhesus-positif yang mungkin telah memasukinya dari peredaran darah bayi selama sakit karena melahirkan, sebelum sel-sel tersebut sempat merangsang mekanisme pembentuk anti-bodi sang ibu.  Antibodi-antibodi yang disuntikkan itu akan bertahan hidup untuk beberapa Minggu saja dan kemudian akan hancur dan lenyap jauh sebelum ibu itu dapat menjadi hamil lagi.  Dengan demikian, tidak berbahaya bagi bayi-bayi yang akan datang.

Resiko ini berlaku pada kehamilan yang berakhir dengan keguguran.  Maka pentinglah bahwa setiap wanita yang baru mengalami keguguran – entah sengaja atau spontan – golongan darahnya perlu dicek.  Kalau ternyata ia per-Rhesus-negatif, maka perlu suntikan antibodi diberikan.

Setelah penyakit Rhesus boleh dikata tidak termasuk sebagai penyebab penyakit kuning pada bayi, kita tinggal menghadapi sejumlah anak-anak yang tidak kecil menderita penyakit kuning karena hatinya belum cukup matang untuk melakukan pekerjaannya dalam pemecahan sel darah merah yang normal.  Sebagian besar bayi yang menderita penyakit kuning ”psikologis” ini adalah Wayi-bayi lahir dini yang  wajarlah kalau hatinya belum cukup dewasa.  Cara baru merawat bayi-bayi seperti itu ialah dengan menaruhnya telanjang bulat di bawah cahaya buatan.  Ternyata bahwa cahaya tersebut dapat menghancurkan pigmen penyebab penyakit kuning, dan si bayi tinggal menghadapi pigmen yang sudah tak berdaya ini.

Lampu khusus digunakan untuk penyinaran ini dan yang harus dilakukan adalah membuat agar retina mata anak tidak mengalami kerusakan karena pengaruh lampu tersebut.  Lampu khusus ini tidak mengeluarkan panas, maka kalau anak perlu dihangati harus digunakan inkubator.  Beberapa anak akan mencret oleh pengaruh lampu itu, tetapi biasanya tidak apa-apa.

Masalah satu-satunya adalah bahwa ibunya tidak mungkin megambil anak itu setiap saat dikehendakinya.  Dan juga beberapa ibu khawatir mata si kecil toh masih akan menderita kerusakan, meskipun sudah dibebat rapat-rapat. Tetapi sebenarnya hal itu tak mungkin terjadi.

Untunglah bahwa kebanyakan anak hanya membutuhkan tiga empat hari untuk perawatan ini dan tentang penyusuannya dapat dilakukan sebagaimana biasa kalau pembebat matanya dibuka.  Satu cara baru yang lain untuk merawat bayi yang menderita penyakit kuning ialah dengan memberinya sedosis kecil phenobarbitone.  Obat ini merangsang kemampuan hati untuk menghadapi bilirubin – pigmen yang menyebabkan penyakit kuning itu.  Obat tersebut tidak membawa kerugian apa-apa bagi si bayi dan jarang membuatnya mengantuk.  Ada kalanya penggunaan obat ini dikombinasikan dengan penyinaran, sebab keduanya mempunyai cara tersendiri dalam menghadapi bilirubiin.

Penyakit kuning selalu merupakan bahaya yang besar bagi bayi yang baru lahir, tetapi kedua cara perawatan terssebut biasanya cukup menjamin bahwa anak tidak memerlukan transfusi langsung untuk mengganti darahnya.

Pustaka:
Hugh Jolly. “Membesarkan Anak Secara Wajar”
(Petunjuk lengkap cara pameliharaan anak dari seorang dokter ahli)

Minggu, 2i Juni 2015 – 11:10 WIB
Sita Rose
Di Pangarakan, Bogor