![]() |
| Istana Hantu |
Sita Blog NINA BOBO Sabtu, 14 Desember 2014 - Dahulu kala, ketika
peri-peri dan tukang sihir masih berkeliaran memamerkan kesaktiannya, hiduplah
dua kakak beradik, laki-laki dan perempuan. Mereka berdua tinggal dalam istana yang indah.
Bunga-bunga dan pohon buah-buahan tumbuh subur di kebun istana. Tangan-tangan
tak terlihat mengatur semua itu. Hidup mereka sehari-hari, bagi kakak beradik
itu sendiri merupakan misteri.
Di dalam perpustakaan istana, buku-buku membuka dan
bersuara membaca sendiri. Mereka mengajarkan aneka pengetahuan kepada dua
bersaudara itu. Kedua anak itu sama sekali tidak takut, karena sejauh mereka
bisa mengingat, sejak dulu memang begitu keadaan istana mereka.
Ketika kedua kakak beradik itu dewasa, mereka
sering berdiri di menara istana dan memandang
ke arah pedusunan. Apa yang
mereka lihat membuatnya tak ingin meninggalkan istana. Di sana selalu nampak
ada perang. Pasukan-pasukan prajurit berderap merampas sawah ladang.
Kadang-kadang mereka berperang antar sesamanya, membakar rumah-rumah.
Ketika kedua anak itu masih kecil, gelombang pasukan
itu sering kali berbelok ke arah istana. Mereka berpikir, dalam istana seindah
itu pasti bersembunyi harta yang sangat berharga. Prajurit-prajurit itu benar. Istana itu
dilengkapi dengan perabot-perabot yang mahal. Pakaian kedua penghuninya indah
dan mewah. Peti perhiasan tergeletak begitu saja di meja rias si gadis. Peti-peti
sarat dengan muatan emas yang ada di mana-mana.
Namun belum pernah ada seorang prajurit pun yang
pernah berhasil mencuri sesuatu dari istana tersebut. istana itu seperti di
kelilingi dinding yang tak terlihat. Jika ada yang mencoba mendekat, udara di
sekeliling istana seolah-olah menebal dan menggulung mereka. Rasanya seperti
berjalan di atas lumpur hidup, meski di sekitarnya yang nampak hanya
pemandangan pedusunan yang aman dan damai. Sehingga orang-orang mengatakan
istana itu dihuni hantu, dan mereka tak berani mendekati istana tersebut. istana tersebut seperti dikelilingi dinding
yang tak terlihat. Jika ada yang mencoba
mendekat, udara di sekeliling dinding istana seolah-olah menebal dan menggulung
mereka. Rasanya seperti berjalan di atas
lumpur hidup, meski di sekitarnya yang nampak hanya pemandangan pedusunan yang
ama dan damai. Sehingga orang-orang
mengatakan bahwa istana itu dihuni hantu.
Maka tak seorangpun berani mendekati istana tersebut.
Philada, nama gadis itu, tak mengerti kehidupan
lain di luar dinding istana. Dia sudah
terbiasa dilayani oleh pelayang-pelayan yang tak terlihat oleh mata. Paul,
kakaknya, masih bisa mengingat ibunya yang cantik jelita, serta ayahnya,
seorang bangsawan tampan penguasa istana itu.
Sering kali Paul berdiri memandangi sebuah patung di taman istana. Patung itu tampak cantik sekali. Mungkin dulu ada seorang wanita anggun yang
sedang berjalan-jalan, yang kemudian tiba-tiba membeku menjadi batu.
“Ibu...,
Ibu...!”, bisik Paul. “Mengapa Ibu diam membeku? Aku yakin, kau
adalah Ibuku. Mengapa aku dan Philada tinggal dalam istana angker ini?”
Pada suatu hari di musim panas, Paul bersama
adiknya menatap pedusunan dari puncak menara istana, mereka melihat ada
perubahan. Tak ada lagi prajurit –prajurit
yang berperang di istana. Penduduk keluar
dari persembunyian mereka di gunung-gunung dan membangun kembali desa mereka
yang porak poranda. Paul dan Philada terkejut ketika suatu pagi muncul seorang
penunggang kuda mendekati istana. Tak ada
lagi dinding ajaib yang menghalanginya. Penunggang
kuda itu masuk istana dan memanggil nmereka.
“Perangsudah
selesai”, katanya. “Majikanku, Panglima Janggut Kelabu, telah
mengalahkan dan mengusir musuh. Negeri kita
kita sudah aman. Dia adalah panglima
yang pandai dan bijaksana. Tetapi sayang,
dia tidak bisa memecahkan rahasia burung hijau.
Para penasehatnya mengatakan, hanya mereka yang tinggal di istana angker
ini yang dapat memecahkan rahasia itu. Diutusnya
aku mengundang kalian untuk menghadapnya dan memecahkan misteri ini.”
Paul dan Philada sangat gembira mendengar
penjelasan prajurit itu. Mereka juga
nerasa lega karena perang telah usai dan dinding ajaib yang mengelilingi istana
mereka sudah lenyap. Sekarang Paul dan
Philada sudah bidsa pergi ke desa sekitar, berkenalan dengan pemuda dan pemudi
yang sebaya dengan mereka merekaserta hidup wajar seperti orang-orang
lainnya. Akan tetapi, Paul dan Philada
tak tahu apa-apa tentang burung hijau. Apa
yang harus dilakukan? Mereka juga tak
ingin Panglima Janggut Kelabu marah.
Tiba-tiba, mereka mendengar suara merdu yang
memanggil-manggil. Terlihat patung
wanita anggun itu hidup kembali. Ia melangkah menghampiri mereka.
“Ibu!” Serentak
kedua kakak beradik itu memanggil wanita itu.
“Perang sudah
usai, begitu pula sihir yang melingkupi istana ini,” kata wanita itu sambil
tersenyum. “Bertahun-tahun yang lalu, ayah kalian pergi berperang bersama
pasukannya, dan gugur di medan perang. Kesedihanku membuatku beku jadi batu. Kalian
berdua tinggal sendiri, tapi Dewa Gunung merasa iba. Disihirnya istana ini
supaya kalian selamat sampai perang istana. Kemudian dia mencari ayah kalian
dan menemukannnya dalam keadaan luka parah. Disihirnya ayah kalian menjadi
Burung Hijau yang tinggal dalam sangkar emas. Dia berjanji, ayah kalian akan
hidup bahagia di sangkarnya sampai perang selesai.”
“Siapa pun
yang berani mencoba menyentuh burung itu sebelum perang usai, akan berubah
menjadi batu,” lanjut wanita cantik
itu. “Tetapi jika salah satu dari kalian
berteriak ‘Ayah’, maka patung-patung itu akan kembali ke wujudnya semula.”
Dengan gembira Phlada mengikuti prajurit yang
menunjukkan jalan ke tempat Burung Hijau di lereng pegunungan, “Ayah!”, seru
Philada ketika sampai di tempat Burung Hijau yang berada dalam sangkarnya.
Tiba-tiba bersiri di hadapan Philada seorang
laki-laki yang diyakini sebagai ayahnya. Dan, secara bersamaan patung-patung yang
berada di sekitarnya juga berubah kembali menjadi manusia. Semua selamat berkat kesaktian Dewa Gunung. (Dikutip dari buku, “Kumpulan Dongeng
Mancanegara”
Yudhistira-Khid
Hidayat)
Sabtu, 14
Desember 2014-7:04 wib
Slamet
Priyadi
Di
Pangarakan, Bogor
Sita Blog: "NINA BOBO": Istana Hantu By Yudhistira-Khid Hidayat: Istana Hantu Nina Bobo - Sabtu, 14 Desember 2014 - Mereka berdua tinggal dalam istana yang indah. Bunga-bunga dan pohon buah-b...

![Sita Blog - Sabtu, 17 Mei 2014 19:11 wib - Salah satu cara orang tua untuk meningkatkan minat baca anak terhadap buku adalah dengan belajar membiasakan diri untuk merawat dan menyayangi buku. Kumpulkan, rawatlah dan susun secara teratur dan rapi buku-buku putra-putri anda sehingga mereka bisa dengan mudah menemukannya kembali saat mereka membutuhkannya. Hal semacam ini akan membiasakan mereka belajar dan terbiasa merawat dan menyukai buku-buku sebagai benda berharga yang harus disimpan dan dijaga keberadaannya dengan hati-hati. Pada awalnya, bisa saja koleksi buku putra-putri anda itu disimpan dalam lemari buku di masing-masing kamarnya. Akan tetapi setelah banyak, sebaiknya anda membuat perpustakaan keluarga untuk mengumpulkan dan menyimpan buku-buku dari semua anggota keluarga dan sebagai tempat anda bersantai dengan keluarga, bercengkerama, membaca, mendongeng bersama putra-putri anda. Koleksikanlah perpustakaan keluarga anda itu dengan berbagai macam jenis dan topik buku. Sehingga dengan demikian, mereka mendapat kesempatan untuk membaca buku dengan bermacam pilihan sesuai dengan pilihan mereka. Jika anda, suatu ketika membeli buku-buku baru yang cocok dengan putra-putri anda, sedangkan putra-putri anda belum mau membacanya, simpan saja buku-buku tersebut di perpustakaan keluarga anda. Dengan demikian anda sudah menyediakan koleksi dan referensi baru bagi putra-putri anda yang mungkin akan dibacanya saat mereka merasa membutuhkan buku-buku tersebut. Apabila anda dan putra-putri anda terbiasa dengan membaca buku-buku referensi bacaan yang beragam, putra-putri anda akan termotivasi dan mencontoh apa yang sudah dilakukan oleh orang tuanya. Merekapun akan mengikuti jejak anda untuk menyukai dan membaca buku-buku yang beragam tidak terikat oleh satu jenis buku bacaan saja. Oleh karena itu sebaiknya anda selaku orang tua, jangan sekali-kali membatasi jenis buku-buku bacaan bagi putra-putri anda baik yang masih anak-anak maupun yang sudah beranjak remaja. Tetapi jika putra-putri anda hanya membaca satu jenis buku saja, itupun sudah baik daripada tidak membacanya sama sekali. Selain itu andapun harus lebih selektif terhadap buku-buku bacaan untuk putra-putri anda. Mana buku-buku yang baik, bermutu dan berkualitas serta mana yang tidak. Jika ini anda lakukan maka putra-putri anda akan terbiasa dan memiliki pengetahuan serta kemampuan untuk menilai mana buku yang baik dan tidak. Dan anda tak perlu risih jika pada kenyataannya putra-putri anda ternyata lebih baik daripada anda. Andapun selaku orang tua dari putra-putri anda sebaiknya mengikuti dan membaca pula buku-buku yang telah dibaca oleh putra-putri anda karena jika hal tersebut dilakukan, ini berarti anda akan selalu dapat mengikuti perkembangan jiwa putra-putri anda yang sekaligus juga mengakrabkan anda dengan putra-putri anda.[SR] Referensi: DR. Murti Bunanta, SS;MA. Tusya usia 9 bulan suka melihat-lihat buku bacaan (Foto: SP)](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhafNM2ZtvzqRhQOoIABFY4EE7q_elsumskNoTeYZ6KITPPDigwFOJg2PZbpYiZ1ZH8GGUsj-LyvCH89Yr_iiaPXoO9ckHbgirexcy_ifdfkT2tD_E6Wgo5OwIIyKA7tFL1yrSszfRScLA/s1600/IMG1389A.jpg)


