Cacha minum susu botol |
Pendidikan Dalam Keluarga - Sabtu, 31 Januari 2015 - ORANG PRANCIS sering
mempunyai gagasan yang bagus-bagus, dan program sesudah perang mereka untuk
mengorganisir pelayanan kesehatan anak adalah sesuatu yang patut dijadikan
contoh. Sampai-sampai mereka mengajukan
gagasan untuk membayar ibu-ibu yang mau menyusui bayinya. Apapun yang mendorong para ibu memberikan
susunya sendiri kepada bayinya adalah pantas untuk diperhatikan. Namun rupanya pendorong yang paling efektif
ialah membuat para ibu mengerti sebaik-baiknya tentang apa gunanya menyusui
anak, baik bagi anak maupun bagi sang ibu sendiri.
Kalau kita mendengar
seorang ibu menggambarkan perasaan besar hatinya karena mengetahui bahwa
bayinya tumbuh dan menjadi sehat dan segar semata-mata berkat susu yang
diberikannya, itulah pertanda suatu penyusuan yang berhasil. Kenikmatan badani yang biasa melekat pada
payudara tidaklah hilang karena disusukan kepada si bayi. Alam tidaklah sebodoh itu.
Anggapan yang keliru
ini masih sering ditambah pula dengan pengaruh tetangga dan sanak saudara
karena mungkin mereka sendiri telah mengalami penyusuan yang tidak berhasil
lalu memberikan nasehat agar jangan menyusui anak, atau mungkin bahkan sebelum
si calon ibu hamil. Mungkin sangat
bergunalah kalau pengetahuan tentang air susu ibu dan menyusui bayi diajarkan
lebih mendalam di samping ilmu faal tubuh di sekolah. Sekali seorang wanita sudah hamil, dia
hendaklah sudah tahu segala sesuatu yang menyangkut hal itu. Tetapi banyak calon ibu yang pada waktu
pemeriksaan kehamilan belum tahu menahu atau memutuskan tentang mau menyusui
bayinya dengan air susunya sendiri atau dengan susu sapi saja. Agaknya, sebaiknya pembicaraan tentang
masalah ini dijadikan bagian khusus daripada tugas klinik bersalin.
Tentu saja kita tahu
juga bahwa ada beberapa orang yang memang tidak mampu menyusui bayinya karena
keadaan fisiknya, tetapi orang seperti itu tidaklah banyak. Sebab sangat jaranglah seorang wanita yang
melahirkan bayi tetapi tidak tidak keluar air susunya. Kesulitan yang paling biasa adalah bahwa
puting susu tidak menonjol sehingga tidak mungkin dikenyot oleh si bayi, tetapi
hal ini dapat diatasi dengan menggunakan puting buatan yang dipasang diujung
susu. Kesulitan lain yang menyangkut
pada ketidakmampuan menyusui ialah tidak keluarnya air susu karena si ibu
terlampau cepat kembali ke pekerjaan rumah tangga secara penuh sebelum laktasi atau keluarnya air susu mulai secara tetap. Dalam keadaan demikian air susu seakan-akan
mengering kembali. Selain itu ada ibu-ibu yang terpaksa segera kembali ke
pekerjaannya di luar rumah. Bagi mereka
ini menyusui bayinya biar hanya dalam jangka beberapa waktu sudah lebih baik
daripada tidak sama sekali.
Beberapa ibu
mempertimbangkan masalah menyusui atau tidak berdasar alasan bahwabegitu bayi,
menyusu kepada ibunya adalah makanannya yang alamiah. Ini benar juga, tetapi tidak cukup, terutama
setelah sekarang ini orang mengetahui lebih banyak manfaat air susu ibu,
khususnya yang bersifat biokimiawi, baik bagi si bayi maupun bagi ibu.
Komposisi susu sapi
tidaklah seratus persen cocok untuk bayi manusia. Hal ini biasanya tidak menimbulkan kesulitan
apapun kalau si bayi lahir normal dan tidak terlampau dini. Tetapi kalau tidak, masalah pelik dapat
timbul. Air susu ibu kadar proteinnya
lebih sedikit daripada susu sapi dan kadar protein yang rendah ini cocok untuk
berfungsinya ginjal bayi yang baru lahir.
Pada waktu yang lalu, ginjal seorang bayi yang baru lahir dianggap
sebagai alat yang tidak efisien bila dibandingkan dengan ginjal orang dewasa,
tetapi pendapat seperti itu kurang memberikan pertimbangan bahwa air susu ibu
komposisinya sudah disesuaikan dengan kemampuan ginjal si bayi, lagi pula orang
lupa bahwa anak kecil tumbuh dengan sangat cepat bila dibandingkan dengan orang
dewasa. Memang benar bahwa ginjal bayi
belum seefisien ginjal orang dewasa untuk mengolah kadar protein yang tinggi,
tetapi memang maksudnya bukan itu, sebab kadar protein air susu ibu lebih
rendah dan lagi tidak semua protein langsung ke ginjal. Sebagian besar protein dipergunakan bagi
pertumbuhan bayi yang pesat itu sebelum sampai di ginjal untuk dibuang lagi.
Air susu ibu bila
dibandingkan dengan air susu sapi, kadar fosfor, kapur, sodium dan kloridnya
lebih sedikit. Ukuran yang lebih rendah
itu sesuai dengan kemampuan ginjal si bayi, sedangkan muatan elektrolit yang
lebih berat pada susu sapi itu dapat menimbulkan masalah. Kalau fosfor itu misalnya menjadi terlalu
banyak, bayi dapat terkena apa yang disebut tetany — suatu bentuk
terkejat-kejat (sangat lain dari tetanus) — yang disebabkan karena kurangnya
kapur.
Kebanyakan sodium
dan klorid akan menimbulkan masalah yang lebih serius, sebab ginjal byi kiranya
tidak mudah dapat menghasilkan urine cukup pekat untuk menghanyutkannya. Akibatnya, bayi mengeluarkan urine cair
sebanyak mungkin dan bila terlalu banyak dia akan mengalami dehidrasi, sedang
karenanya sodium di dalam tubuh terus meningkat. Mungkin inilah sebab makin banyaknya angka
kematian bayi yang disusui dengan susu sapi melulu.
Pengertian baru
mengenai perlunya bayi manusia minum susu manusia seperti disebutkan di atas
itu merupakan sebab mengapa para produsen susu kalengan tunggang-langgang
bersaing untuk mengubah komposisi susu sapi yang diperuntukkan bagi bayi. Produsen-produsen yang terbesar dewasa
initelah melakukan perubahan tersebut dan memang formula baru mereka sudah
lebih aman daripada yang sebelumnya.
Namun bagi kita menjadi jelas
pula bahwa peraturan pembuatan susu bagi bayi yang dicantumkan pada
kaleng susu sungguh-sungguh perlu diperhatikan, sebab, susu yang dibuat terlalu
kental dapat benar-benar berbahaya.
Air susu ibu menghasilkan
pH yang kadar asamnya lebih tinggi di dalam lambung. Ini merupakan keuntungan sebab ini mendorong
pertumbuhan laktobasil yang tidak berbahaya dibandingkan dengan koliformbasil
yang dapat berbahaya. Air susu ibu,
khususnya kolostrum — bentuknya yang paling awal, mengandung antibodi yang
merupakan tambahan pelindung terhadap penyakit.
Gastroenteritis hampi tak dijumpai pada bayi yang disusui dengan air
susu ibu, sedang gangguan itu dapat membawa maut bagi bagi bayi yang disusui
susu sapi, terutama di negara-negara kurang maju yang belum begitu mementingkan
sterilnya peralatan menyusui. Selain itu semua, protein pada susu sapi dan air
susu ibu juga tidak sama. Mungkin inilah
yang menyebabkan banyak anak minum susu sapi yang berpenyakit eksim, karena
mereka itu telah menjadi alergis terhadap protein ini. Alergi terhadap susu sapi dapat pula menjadi
penyebab kambuhnya bronkitis dan eksim.
Satu keuntungan yang
baru-baru ini diketemukan pada penyusuan dengan susu ibu berhubungan dengan
kegemukan ibu — penemunya, Dr. Donald Naismith dari Queen Elizabeth College,
London, telah mendapatkan medali pergizian pada tahun 1973. Dr. Naismith menunjukkan bahwa laktasi
memberikan kesempatan kepada ibu yang baru melahirkan untuk membuang lemak yang
telah menumpuk selama masa mengandung untuk menunjang kehidupan bayinya. Siklus reproduksi seorang wanita baru selesai
setelah selesainya laktasi, bukan pada waktu bayi dilahirkan. Kalau siklus ini dihentikan pada saat
kelahiran saja, maka ada kemungkinan si ibu tetap menyimpan lemak yang lebih
banyak daripada sebelum mengandung.
Salah satu alasan
menentang penyusuan ibu ialah bahwa sang ibu kehilangan bentuk idealnya. Sekarang ini terbukti bahwa menyusui justru
mengembalikan kehilangan bentuk tersebut.
memang benar bahwa bentuk payudara akan berubah, tetapi perubahan ini
sebenarnya lebih merupakan akibat kehamilan, bukan karena menyusui. Lagi pula kemampuan menyusui tidaklah
tergantung dari besar kecilnya payudara ibu.
Satu aspek lain dari
pulihnya bentuk ke normal ialah yang terjadi pada uterus. Penyusuan menyebabkan dihasilkannya
oksitosin, yaitu hormon yang salah satu pengaruhnya ialah mengerutnya uterus
kembali ke normal. Jadi penyusuan
mempercepat pulihnya keadaan uterus ke keadaannya dahulu. Pengerutan ini kadang-kadang dapat dirasakan
oleh ibu pada uterusnya selagi si bayi menyedot susu dari payudaranya.
Si bayi dapat juga
menjadi gemuk bila disusui dengan botol, sebab seorang ibu dapat mendorongnya
untuk menghabiskan seisi botol. Seorang
bayi yang didorong lalu dipuji kalau menurut, lama-lama dapat bereaksi dengan
minum berlebihan. Dan bayi yang gemuk
akan berkembang menjadi orang dewasa yang gemuk.
Banyak ibu yang
mengeluh bahwa mereka tak dapat mengatakan berapa banyak susu yang dihabiskan
si bayi, dan hal ini dijadikan alasan untuk menyusui dengan botol. Sebenarnya inilah katup pengaman alamiah
melawan minum berlebihan. Bayi yang
menyusui di payudara selalu berubah-ubah banyaknya susu yang diminumnya. Bayi yang sehat merupakan penentu paling
tepat tentang kebutuhannya sendiri, dan hendaknya keputusan diserahkan
kepadanya sepenuhnya. Asalkan ia sudah
nampak puas sesudah melepaskan puting payudara ibunya, ia jelas sudah
mendapatkan cukup. Oleh sebab itu tes
penyusuan yang dulu biasa dilakukan untuk mengetahui berapa banyak susu yang
dapat diberikan seorang ibu, dewasa ini sudah tidak model lagi, sebab hal itu
hanya membuat sang ibu menjadi gelisah dan kegelisahan mengurangi produksi
susu.
Kalau dibandingkan
dengan anak sapi, maka normallah bahwa bayi manusia minta susu sedikit tetapi
sering. Penyelidikan dengan berbagai
anak mamalia menunjukkan bahwa ada saling kaitan antara kadar protein dan
seringnya menyusu. Karena kadar protein
sussu manusia hanya sedikit, maka wajarlah bahwa bayi manusia perlu sering
menyusu, sedang anak sapi yangkadar protein dalam susunya lebih tinggi bisa
jarang menyusu. Maka tidak semestinyalah
kalau di rumah sakit byi dijatah setiap tiga jam atau setiap empat jam saja.
Suatu penyelidikan
di antara orang pribumi di Afrika dengan bayi-bayi yang ditidurkan di sebelah
ibunya yang berbaju, memperlihatkan jarak menyusu bayi pada awal hidupnya
antara 20 menit saja. Maka jelas bahwa
pernyataan tiap tiga atau empat jam harus merupakan kegagalan sebab kurang
mengingat fisioogi laktasi. Yang paling
baik adalah penyusuan berdasar permintaan.
Seorang dewasa yang lapar akan pergi ke dapur atau mengambil sendiri
makanan pengisi perutnya, atau minta saja.
Bayi susuan hendaknya disusui “menurut permintaan si bayi”.
Ada lagi nasehat
orang yang kurang semestinya, yaitu penyusuan “sepuluh menit kiri dan
kanan”. Berapa waktu yang dibutuhkan si
bayi untuk menyusu pada satu sisi henfaklah ditentukan oleh si bayi sendiri. bisa saja ia sudah memenuhi kebutuhannya
setelah minum dari payudara yang kiri saja; atau bisa juga setelah yang kiri
kosong ia masih lapar dan ibu memindahkannya ke sebelah kanan. Kemungkinannya ialah bahwa payudara yang
kedua ini tidak disedotnya sampai kosong sebelum ia tertidur. Tetapi dengan jalan memberikan yang masih
tersisa itu lebih dulu pada penyusuan berikutnya, akan terjaminlah bahwa setiap
payudara berurutan menjadi kosong. Hal
ini akan memenuhi hukum fisiologis yang lain lagi, bahwa untuk pengisian
sempurna diperlukan pengosongan sempurna.
Bayi yang normal
tidak memerlukan air susu atau susu botolan untuk memenuhi kebutuhannya akan
susu ibu, dan hendaklah dipahami, bahwa setiap rambahan cairan yang diminum si
bayi selain susu ibunya akan menyebabkan payudara ibu mengurangi produksi
susunya sebanyak itu pula. Payudara ibu
berproduksi menurut sistim kebutuhan dan pengisian.
Sebenarnya kemampuan
ibu-ibu dewasa ini untuk menyusui tidaklah kurang dari ibu-ibu di masa lalu,
tetapi yang menimbulkan masalah dewasa ini ialah bahwa seetiap orang sudah ahli
dan pintar dalam hal memberi nasehat tentang perawatanbayi, khususnya tentang
penyusuan. Hal ini jelas di rumah sakit,
di mana ibu yang baru sering menjadi bingung oleh nasehat staf dan perawat yang
saling bertentangan.
Satu hal lagi yang
sering menimbulkan pertentangan pendapat ialah tentang berapa lamakah orang
harus menyusui seorang bayi. Hanya satu
jawaban yang dapat diberikan di sini, yaitu “selama anda menghendakinya”. Alam membuat penyusuan itu menyenangkan, dan
tidak ada alasan mengapa kesenangan ini harus dihentikan pada waktu
tertentu. Ada ibu yang mengatakan bahwa
menyusui jadi semakin menyenangkan setelah memasuki tahun kedua. Mungkin ada yang mengajukan pendapat bahwa
dengan umur itu anak sudah akan mempunyai gigi dan dapat menyakitkan bagi
ibu. Tetapi bayi yang menyusu bukannya
makan melainkan menyedot, artinya ia tidak mengunyah sehingga giginya tidak
perlu menimbulkan sakit pada ibu.
Bagaimanapun juga,
menyapih anak yang menyusu ibu lebih mudah daripada menghentikan anak
menggunakan botol. Bagi anak menyusu
botol paling baik sejak usia enam bulan, dan sejak usia ini anak mulai dilatih
untuk makan makanan yang agak keras dan lambat-laun mengajarinya menggunakan
sendok dan gelas serta lepas dari botol.
Kalau tidak, makin lama ia akan makin sukar melepas botolnya sepanjang
hari. Sang anak tidaklah begitu
terpisahkan dari payudara ibunya, mungkin karena ibu dapat menyapihnya dengan
memberinya kesibukan dengan mainan dan kegiatan lain bersama ibu sehingga anak
tak merasakan frustasi.
Pustaka:
Hugh Jolly.
“Membesarkan Anak Secara Wajar”
(Petunjuk lengkap
cara pameliharaan anak dari seorang dokter ahli)
sabtu, 24 Januari 2015 – 21:48 WIB
Sita Rose
Di Pangarakan, Bogor