Sabtu, 25 April 2015

PERMAINAN DI RUMAH SAKIT MERUPAKAN BANTUAN PENTING UNTUK KESEMBUHAN By Hugh Jolly

Diva call mama dari rumah sakit

 
DI INGGRIS pada tahun 1972 suatu peristiwa besar terjadi ketika Department of Healt and Social Security membentuk suatu group untuk mempelajari kebutuhan anak-anak akan permainan di rumah sakit.  Kira-kira tiga tahun kemudian hasil penyelidikan group ini diumumkan dalam rapat besar Royal College of Physicians di London.

Permainan adalah sarana seorang anak belajar, dan permainan membantu anak untuk mengatasi tekanan dan ketegangan yang melingkunginya.  Karena tekanan ini jelas bertambah selama anak harus tinggal lama di rumah sakit, maka pentinglah bahwa suatu program permainan diorganisir dan ditangani oleh orang yang ahli dalam permainan — atau lebih tepat disebut spesialis permainan — di setiap bagian anak-anak di rumah sakit.

Permainan merupakan kegiatan anak-anak dan bersifat spontan. Sebab itu terasa aneh kedengarannya jika permainan di rumah sakit harus diorganisir. Tetapi suasana asing di rumah sakit adalah sedemikian rupa sehingga permainan yang spontan dari anakanak sangat mungkin akan mematikannya, kecuali jika langkah-langkah yang aktif diambil untuk memberikan dorongan. Permainan terorganisir tidaklah berarti bahwa spesialis permainan mendikte keagiatan anak-anak! Sama sekali tidak! Itulah sebabnya istilah “pemimpin permainan” kurang tepat, seakan-akan ia memimpin permainan dan bukan memberi hati atau menanggapi kegiatan spontan anak-anak sendiri.

Spesialis permainan di rumah sakit harus orang yang sangat terlatih dalam perkembangan anak-anak yng normal dan juga sangat tahu tentang segala sesuatu yang terjadi di rumah sakit. Mereka harus tahu cukup banyak tentang penyakit anak-anak sehingga dapat berbicara secara tenang mengenai penyakit-penyakit itu, baik dengan si anak maupun dengan orang tuanya.  Akan tetapi mereka tidak perlu memiliki pengetahuan yang semendetail layaknya pengetahuan seorang perawat.

Anak-anak di rumah sakit hendaklah dipersiapkan secara aktifterhadap segala prosedur yang akan mereka alami.   Mungkin yang paling perlu ialah persiapkan menghadapi anaestthesia, namun persiapan perlu pula untuk menghadapi injeksi maupun sinar tembus.  “Bermain suntik-suntikan yang ditemani seorang spesialis tidaklah berbahaya dan hal itu menolong anak untuk mengeluarkan dari hati beberapa pengalaman yang baru dan tidak menyenangkan, dan membuang agresivitas, misalnya dengan menyuntik beruang teddy.

Permainan memberikan kesempatan untuk mengerti pikiran anak dan ketakutannya.  Anak bukannya dialihkan dari apa yang sedang  dialaminya, melainkan lebih dibantu untuk mengerti, membiarkan dan menikmati pengalaman tersebut.

“Mainan” yang disediakan bagi anak di ruang permainan rumah sakit hendaklah meliputi pula perkakas-perkakas yang terdapat di kamar sakit, seperti misalnya alat-alat suntik, masker, jas dokter.  Adalah lebih baik jika anak menikmati perjalanannya ke ruang operasi karena segala sesuatu telah dikenalnya daripada diangkut ke sana dalam keadaan tidak sadar, sehingga ia akan terbangun dengan terkejut dan ketakutan.

Masih banyak orang yang kurang bisa mengerti bagaimana mungkin anak di rumah sakit disuruh bermain-main. Ada orang tua yang berfikir, bahwa anak di rumah sakit seharusnya tidur atau tetap ditempat tidurnya, bukannya bermain-main dengan senangnya.  Staf rumah sakit yang dididik secara lama kadang-kadang masih terdengar berkata, bahwa kalau seorang anak sudah cukup sehat untuk bermain-main, ia sudah tidak perlu di rumah sakit lagi.  Tetapi dewasa ini telah disadari bahwa janganlah penyakit yang mengharuskan seorang anak harus tetap di tempat tidur jika ia ingin bangun. Bahkan anak yang demam tidak harus dipaksa jika ia tidak mau.  Anak kecil hampir selalu merupakan penentu yang paling tepat mengenai banyaknya kegiatan yang dibutuhkannya.

Permainan menghilangkan beberapa ketegangan dan formalitas rumah sakit bagi orang tua maupun bagi anak-anak, dan suasana yang lebih santai ini mempercepat kesembuhan, sementara ketegangan dan ketakutan berpengaruh sebaliknya, memperlambat proses kesembuhan.  Adapila keuntungan permainan yang lain, yaitu bahwa orang tua bisa ikut ambil bagian dalam urusan perawatan anak yang mereka titipkan di rumah sakit.  Mungkin itulah kali pertama mereka menyadari arti besarnya permainan bagi anak-anak, sehingga sekembalinya anak itu dari rumah sakit mereka akan berusaha menyediakan kesempatan bermain yang lebih banyak.

Bahkan anak yang sakit pun mungkin lebih senang berada di ruang permainan meskipun hanya untuk menonton daripada di kamar sakit yang serba sepi, tenang dan sangat tidak biasa bagi anak-anak.  Anak yang terlalu sakit untuk ikut bermain dapat bermain dengan matanya dengan cara melihat anak-anak lain asyik bermain.  Anak yang sakit janganlah jarang mengeluh tentang perasaan terganggu oleh suara-suara bising sebagaimana orang yang lebih dewasa.  Rupa-rupanya anak merasa tenteram dalam lingkungan yang baginya lebih biasa.  Hal itu terbukti dari beberapa seringnya anak minta diantar ke ruang permainan.

Pentinglah bahwa ruang permainan hendaklah merupakan bagian yang tak terpisahkan dan tidak jauh dari kamar sakit, sehingga anak-anak yang sakit dapat bergerak bebas antara kamar sakit dan ruang permainan.  Bahkan jika perlu dapat diatur agar anak-anak bisa bermain di tempat tidur tanpa harus turun.  Ruang permainan yang terpisah dari tempat tidur anak-anak dapat dianggap menjadi tempat pelarian dari tempat tempat yang tidak menyenangkan itu.  Dengan alasan ini pula maka spesialis permainan hendaklah ikut membantu dkter dan perawat dalam tugas-tudas perawatan yang kurang menyenangkan bagi si pasien, dengan demikian tidak ada kemungkinan bahwa anak-anak menganggap mereka orang “baik” dan para dokter dan perawat orang “jahat”.

Bermain dengan pasien-pasien kecil itu merupakan bagian yang penting bagi perwat yang bekerja di rumah sakit bagian anak-anak karena acapkali orang menganjurkan agar perawat dapat melakukan secara aktif segala kegiatan  bermain itu.   Tetapi harus diingat bahwwa mereka spesialis permainan, lagi pula kalau mereka sedang sibuk dengan tugas bermacam-macam, maka tugas mengajak anak-anak bermain itulah yang sedikit banyak akan terbengkalai.  Hanya spesialis permainanlah yang tidak perlu berlari-lari ke tugas lain jika ia sedang bermain-main dengan seorang pasiien.  Lebih mungkin dari perawat sendiri, ia akan menjadi staf bagian anak-anak dan tidak berpindah-pindah ke bagian lain, kecuali berpindah rumah sakit, itu mungkin.  Permainan belum diterima sebagai baian tugas perawat, dan banyak matron yang kerap memerintahkan perawat-perawat untuk melakukan pekerjaannya, jangan hanya bermain-main dengan anak-anak!

Group studi Department of Healt dan Social Security yang mengadakan penyelidikan tentang kebutuhan anak-anak akan permainan di rumah sakit itu terdiri dari perawat, dokter, guru, psikolog, administrator dan lain-lain.  Kiranya tidak mengherankan bahwa sebagian terbesar adalah orang-orang dari bidang profesi perawatan orang sakit.  Seluruh group berpendapat bahwa rumah sakit perlu memiliki orang-orang khusus, “play makers”, untuk menangani kegiatn permainan nak-anak itu, dan bahwa tugas ini tidak mungkin dijalankan oleh perawat-perawat saja atau sebaliknya oleh sukarelawan-sukarelawan saja.  sudah jelas bahwa anak-anak di rumah sakit perlu diberi kegiatan bermain, dan jelas pula bahwa kegiatan ini akan semakin banyak jika diorganisir oleh spesialis permainan. Sukarelawan dapat membantu banyak sekali dalam melaksakan kegiatan yang terorganisir itu, tetapi jika mereka itu dibiarkan bekerja sendiri, usaha mereka mungkin kurang terarah.  Apa lagi, bahaya selalu ada bahwa program kegiatan bermain yang ditangani oleh sukarelawan semata-mata membuat anak-anak berhadapan dengan wajah-wajah yang kurang dikenalnya pada usia yang membutuhkan adanya kontinuitas dan keajegan demi ketenangan emosional.

Pendek kata group tersebut mengajukan pendapatnya bahwa petugas khusus perlu dibentuk untuk menangani permainan anak-anak di rumah sakit.  Dan tak lama kemudian spesialis permainan di rumah sakit sudah merupakan kenyataan.  Bahkan telah didirikan National Association of Hospital  Play Staff.

Referensi:
Hugh Jolly, Membesarkan Anak Secara Wajar

Minggu, 26 April 2015 – 08:14 WIB
Sita Rose, di Pangarakan, Bogor

Minggu, 05 April 2015

“PERMAINAN” By Hugh Jolly

















Minggu, 05 April 2015 - Sita Blog - Kata “permainan” mempunyai arti yang berbeda, mungkin bahkan bertentangan pada orang dewasa dan pada anak-anak. Anak kecil belajar lewat permainan, karenanya merupakan suatu bentuk pekerjaan. Tettapi jika seorang dewasa bermain-main, ia mengendorkan otot-ototnya, jadi melakukan hal yang bertentangan dengan bekerja.  Mungkin orang dewasa bermain-main pada waktu ia seharusnya bekerja. Kiranya perkataan “permainan anak-anak” menegaskan perbedaan arti itu.

Demikianlah kita hendaknya mengerti dengan jelas bahwa permainan adalah sangat penting bagi seorang anak dan bahwa dengan bermain-mainlah ia belajar. Betapa menyedihkan jika seorang anak harus memasuki sekolah di mana ia harus bekerja dan bukannya bermain-main. Istilah bahasa inggris “play school” yang berarti sekolah bermain-main. Dalam hal ini sangatlah kena, dan secara sempurna menangkap konsepsi yang ideal bagi anak kecil.

Jelaslah seteah anak bertambah besar pendidikannya haruslah lebih formil dan lebih tersusun, namun demikian guru yang berpikir modern masih dapat menciptakan suasana “permainan” di kelasnya sehingga si anak menyenangi apa yang sedang dikerjakannya dan karenanya lebih banyak yang bisa dipelajari.

Para pendukung kegiatan bersama pada masa pra sekolah sungguh-singguh dapat berbangga diri mereka apa yang telah mereka capai. Neamun beberapa reaksi terhadap sekolah taman kanak-kanak masih menunjukkan kurangnya pengertian. Ada yang mengetengahkan pendapat bahwa sekolah taman kanak-kanak mengurangi pengaruh orang tua dan rumah pada anak-anak.

Tentu saja, tidak seorang anak pun siap memasuki sekolah dan sanggup melepaskan diri secara sewajarnya dari bimbingan tangan ibunya. Tetapi hal ini bisa dicapai dengan cara bertahap-tahap. Bagaimanapun orang tua biasanya dianjurkan agar tetap menemani putera atau puterinya selama waktu setelah anak itu diterima di sekolah pertama kali. Dengan demikian orang tua yang kurang yakin dapat menyaksikan sendiribagaimana anak-anak belajar melalui permainan dalam suasana lingkungan modern. Alangkah baiknya jika sebagaimana sekolah dasar, sekolah taman kanak-kanak pun tersedia bagi setiap anak segera setelah perkembangan sosialnya mencukupi untuk memasuki sekolah semacam itu.

Taman kanak-kanak, play ggroup, PAUD, dan lain-lain,  pusat pendidikan semacam itu membantu orang tua anak untuk mengetahui bagaimana cara bermainnya putera-puteri mereka. Kemampuan melayani bermain-main dengan anak-anak tidaklah selalu dimiliki oleh orang tua. Meskipun anak-anak seharusnya diberi dorongan untuk bermain-main, namun ia tidak akan mengembangkan kemampuannya untuk bermain jika segala sesuatunya diatur dan ditentukan oleh orang tua. Seorang anak dengan sendirinya mengetahui kapankah ia siap untuk berpindah ke kegiatan berikut, maka hendaknya kegiatan-kegiatan yang diperuntukkan baginya sudah tersedia, sehingga anak tinggal memilih sendiri yang dianggapnya paling cocok.

Bila seorang anak sedang asyik dengan suatu permainan, ia hendaklah jangan diganggu, ia sedang tekun bekerja. Alat permainan yang bertumpuk menyulitkan baginya untuk bermain sebab dikelilingi begitu banyak kemungkinan sehingga bingung untuk memilih.

Jika anda membeli mainan untuk putera-puteri anda, ada baiknya anda melihat petunjuk biasa terdapat pada bungkusnya, untuk anak usia berapakah dimaksudkannya. Tetapi itu hanya petunjuk; sebuah mainan yang ditempeli keterangan “untuk anak tiga tahunan”atau “empat tahunan” mungkin bisa juga dinikmati secara bermanfaat oleh anak berusia lima atau enam tahun.

Perlu dingat pula bahwa mainan tidak harus berupa barang-barang yang secara tradisional disebut mainan saja. semua alat dapur, asal tidak membahayakan, bisa juga merupakan mainan yang bagus sekali dan memberi anak kemungkinan untuk “memasak” bagai orang dewasa.

Selain itu, tidak selalu anak bermain dengan yang layak bagi jenis kelaminnya saja; banyak anak laki-laki yang suka bermain boneka dan tidak sedikit pula anak perempuan yang suka bermain tembak-tembakkan. Hal ini tidak usah menimbulkan pikiran bahwa seorang anak laki-laki akan menjadi homoseksual atau sebaliknya bahwa seorang gadis akan tumbuh menjadi gangster.

Banyak orang tua  kurang senang jika puteranya bermain-main dengan boneka, karena khawatir bahwa kesenangan demikian akan membuat anak itu feminin. Untunglah dewasa ini para pembuat mainan anak-anak telah menciptakan mainan tentara-tentaraan dan lain-lain daripada boneka berpakaian perang. Anak-anak bisa bermain boneka khas ini sekendak hati tanpa membuat orang tua khawatir.

Referensi:
Hugh Jolly, Membesarkan Anak Secara Wajar

Minggu, 05 April 2015 – 08:14 WIB
Sita Rose, di Pangarakan, Bogor

Sabtu, 14 Februari 2015

HUGH JOLLY: "BAYI LAHIR MATI"

BLOG: "SITA ROSE": HUGH JOLLY: "BAYI LAHIR MATI": Blog Sita Rose – Minggu, 15 Februari 2015 – 01:54 WIB TIDAK JARANG terjadi, bayi lahir sudah dalam keadaan tak bernyawa, yang dise...