Sita Rose |
SAMPAI
akhir-akhir ini kerap kali dokter terikat
oleh tugas memberikan transfusi pada bayi yang menderita penyakit
kuning. Teknik ini merupakan bagian
pokok pengobatan penyakit kuning yang disebabkan penyakit rhesus atau kelahiran
dini, atau penyebab lain yang lebih jarang pada anak yang baru lahir. Pengobatan ini perlu untuk menghindari
kerusakan pada otak yang dapat terjadi jika penyakit kuning itu mencapai
tingkat yang berbahaya pada bayi yang baru lahir.
Namun,
akhir-akhir ini pemberian transfusi ini banyak berkurang setelah diketahui
bahwa penyakit rhesus ternyata dapat dicegah.
Penyakit ini akan timbul kalau seorang wanita yang sedang hamil
mempunyai darah per-rhesus negatif sedang bayi yang dikandungnya mempunyai
darah rhesus-positif . selama waktu
sakit melahirkan beberapa sel darah merah yang beredar dalam Placentia terperas
masuk ke peredaran darah ibunya. Selama
beberapa Minggu sesudah itu darah merah yang asing di dalam peredarah darah ibu
itu menyebabkan sang ibu membentuk antibodi-antibodi untuk melawannya dan
lambat laun darah merah yang asing itu pun hancur.
Sang
ibu tetap sehat seperti sediakala, tetapi kalau ia kemudian hamil lagi,
beberapa di antara anti-bodi tersebut akan masuk ke peredaran darah bayi yang
dikandungnya. Kalau bayi ini
Rhesus-positif, banyak dari darah merahnya akan hancur. Kehancuran darah merah ini akan menimbulkan
sakit kuning pada si bayi segera setelah tali pusatnya terputus karena hatinya
(tidak seperti hati ibunya) tidak mampu melaksanakan pekerjaan yang sangat
berat ini tanpa mengalami kekurangan.
Cara
untuk mengatasi masalah yang sulit ini – seperti banyak penemuan yang yang
hebat lainnya – sangatlah sederhana.
Semua ibu yang per-Rhesus-negatif pada akhir sakit melahirkannya diberi
suntikan anti-bodi Reshus (yang didapat dari sukarelawan pria). Suntikan ini menghancurkan setiap sel
Rhesus-positif yang mungkin telah memasukinya dari peredaran darah bayi selama
sakit karena melahirkan, sebelum sel-sel tersebut sempat merangsang mekanisme
pembentuk anti-bodi sang ibu.
Antibodi-antibodi yang disuntikkan itu akan bertahan hidup untuk
beberapa Minggu saja dan kemudian akan hancur dan lenyap jauh sebelum ibu itu
dapat menjadi hamil lagi. Dengan
demikian, tidak berbahaya bagi bayi-bayi yang akan datang.
Resiko
ini berlaku pada kehamilan yang berakhir dengan keguguran. Maka pentinglah bahwa setiap wanita yang baru
mengalami keguguran – entah sengaja atau spontan – golongan darahnya perlu
dicek. Kalau ternyata ia per-Rhesus-negatif,
maka perlu suntikan antibodi diberikan.
Setelah
penyakit Rhesus boleh dikata tidak termasuk sebagai penyebab penyakit kuning
pada bayi, kita tinggal menghadapi sejumlah anak-anak yang tidak kecil
menderita penyakit kuning karena hatinya belum cukup matang untuk melakukan
pekerjaannya dalam pemecahan sel darah merah yang normal. Sebagian besar bayi yang menderita penyakit
kuning ”psikologis” ini adalah Wayi-bayi lahir dini yang wajarlah kalau hatinya belum cukup dewasa. Cara baru merawat bayi-bayi seperti itu ialah
dengan menaruhnya telanjang bulat di bawah cahaya buatan. Ternyata bahwa cahaya tersebut dapat
menghancurkan pigmen penyebab penyakit kuning, dan si bayi tinggal menghadapi
pigmen yang sudah tak berdaya ini.
Lampu
khusus digunakan untuk penyinaran ini dan yang harus dilakukan adalah membuat
agar retina mata anak tidak mengalami kerusakan karena pengaruh lampu
tersebut. Lampu khusus ini tidak
mengeluarkan panas, maka kalau anak perlu dihangati harus digunakan inkubator. Beberapa anak akan mencret oleh pengaruh
lampu itu, tetapi biasanya tidak apa-apa.
Masalah
satu-satunya adalah bahwa ibunya tidak mungkin megambil anak itu setiap saat
dikehendakinya. Dan juga beberapa ibu
khawatir mata si kecil toh masih akan menderita kerusakan, meskipun sudah
dibebat rapat-rapat. Tetapi sebenarnya hal itu tak mungkin terjadi.
Untunglah
bahwa kebanyakan anak hanya membutuhkan tiga empat hari untuk perawatan ini dan
tentang penyusuannya dapat dilakukan sebagaimana biasa kalau pembebat matanya
dibuka. Satu cara baru yang lain untuk
merawat bayi yang menderita penyakit kuning ialah dengan memberinya sedosis
kecil phenobarbitone. Obat ini
merangsang kemampuan hati untuk menghadapi bilirubin – pigmen yang menyebabkan
penyakit kuning itu. Obat tersebut tidak
membawa kerugian apa-apa bagi si bayi dan jarang membuatnya mengantuk. Ada kalanya penggunaan obat ini
dikombinasikan dengan penyinaran, sebab keduanya mempunyai cara tersendiri
dalam menghadapi bilirubiin.
Penyakit
kuning selalu merupakan bahaya yang besar bagi bayi yang baru lahir, tetapi
kedua cara perawatan terssebut biasanya cukup menjamin bahwa anak tidak
memerlukan transfusi langsung untuk mengganti darahnya.
Pustaka:
Hugh Jolly. “Membesarkan Anak Secara Wajar”
(Petunjuk lengkap cara pameliharaan anak dari
seorang dokter ahli)
Minggu,
2i Juni 2015 – 11:10 WIB
Sita
Rose
Di
Pangarakan, Bogor