Jumat, 30 Januari 2015

Hugh Jolly: "HARUSKAH BAYI MENANGIS ?"

Ratu Balqis Khumaira 5 bln (Foto: SP)
Ratu Balqis Khumaira 5 bulan

Pendidikan Anak Dalam Keluarga - Sabtu, 31 Januari 2015 - BANYAK orang kurang mengerti gawatnya masalah bila bayinya selalu menangis.   Betapa sering kita mendengar orang berpendapat, “Menangis itu sehat bagi seorang bayi, dengan demikian ia melatih paru-parunya”.  Cobalah kita pikirkan, apa sebabnya seorang bayi harus “melatih” paru-parunya, sedang orang tua kok tidak.  Mungkin orang mengkaitkan gagasan itu dengan tangisan pertama si bayi sesudah lahir.  Memang   tangisan tersebut vital untuk mengembangkan paru-paru sepenuh-penuhnya, tetapi sesudah yang sekali itu tangisan tidak pernah diperlukan untuk berfungsinya paru-paru.

Ada yang berpendapat bahwa menangis adalah satu-satunya cara seorang bayi mengungkapkan perasaannya dan karenanya tangisan bayi tidak harus disamakan dengan tangisan anak yang lebih besar.  Pendapat ini ada juga benarnya, karena tangisan baginya adalah satu-satunya cara menarik perhatian orang tua bila ia minta disusui, bila merasa terlalu panas atau terlalu dingin.

Tetapi bayi tak menangis terus-menerus dengan alasan-alasan tersebut.  juga ia tidak menangis karena popoknya basah,  misalnya.  Coba kita pikirkan, kenapa bayi yang dihangatkan rapat-rapat itu harus menangis karena popoknya tiba-tiba bertambah hangat oleh air kencingnya sendiri?

Kita kadang-kadang terlalu cepat mencari alasan-alasan praktis untuk menjelaskan mengapa bayi selalu menangis, dan tidak melihat lebih mendalam.  Mengapakah bayi yang “tumbuh giginya” harus menangis sedang anak-anak yang lebih besar yang giginyapun tumbuh dan lebih banyak pula, tidak menangis?  Jadi, kalau bukan sebab-sebab itu, lalu kenapa bayi menangis berkepanjangan?

Kalau seorang bayi menangis bukan karena lapar, kepanasan atau kedinginan, dapat juga karena ia merasa bosan atau sedih.  Bayi juga mengenal perasaan batin.  Sebagaimana kita tahu, bayi memerlukan rangsangan untuk berkembang dengan kecepatan maximum.  Sarana rangsangan yang paling cocok ialah permainan.  Hal ituberlaku bagi bayi maupun anak-anak yang lebih besar.   Dan si bayi seolah-olah mengetahui hal ini, sehingga kalau dibiarkan sendirian karena orang tua mengharap ia akan tidur, maka mulailah ia menangus minta perhatian.  Ia membutuhkan perhatian itu demi perkembangannya yang normal.  Bila tangis ini tidak didengarkan, atau tidak dimengerti, si bayi akan tertidur karena hilang kemauan dan satu kesempetan pun hilang baginya untuk belajar lebih banyak.

Ada lagi alasan tangis bayi secara terus-menerus yang cukup serius, yaitu kalau hal itu merupakan pencerminanketidakbahagiaan ibunya.  Bayi itu lebih peka terhadap perasaan-perasaan ibunya daripada orang dewasa terhadap orang-orang di lingkungannya.  Ini tidak mengherankan kalau kita pikirkan betapa intim dan erat bersentuhannya hubungan bayi dengan ibunya.

Banyak alasan mengapa bayi banyak menangis itu terletak dalam perasaan orang tua selama si bayi dikandung dan selama masa kanak-kanak orang tua sendiri.  Kemampuan untuk menyayangi bayi itu dipelajari dengan jalan mengalami sayang-menyayang secara formal selama masa kanak-kanak.  Mungkin kalau ada seorang ibu yang minta nasehat tentang bayinya yang selalu menangis, baiklah ia ditanya, “Apakah perasaan Anda ketika ketahuan bahwa Anda telah mengandung?”  dengarkanlah jawab seorang ibu, “Seperti disambar geledek tak kenal!”  Mungkin sang calon ibu bukan terkejut saja, ia mulai berpikir dan membuat rencana untuk mengakhiri kandungannya (membuang bayi celaka ini).  Hal-hal serupa itu akan menambah rasa bersalah h yang mengendap di hati ibu bila ia berhadapan dengan si bayi yang pernah mau ditiadakannya.  Tidaklah mengherankan bahwa bayi seperti itu merupakan barometer yang peka dari perasaan orang tuanya dan bahwa ketdaktenangannya membuat si bayi banyak menangis.

Begitu banyaklah hal yang terjadi atas tubuh seorang ibu segera setelah kelahirkan bayinya, selagi tata susunan kimiawinya kembali ke keadaan tidak hamil, sehingga pantaslah bahwa perasaannya jadi sangat peka ketika itu.  Lonjakan kegirangan yang memenuhi hatinya sewaktu melahirkan (kalau itulah yang dirasanya) tentu akan menurun kembali setelah beberapa hari.  Gerak menurun ini bagaimanapun akn menimbulkan perasaan tertekan yang mungkin bertambah karena tangis bayi yang sebenarnya hanya pantulan dari perasaan sang ibu sendiri.
Ada pula masalah ibu yang tidak merasakan gejolak kegirangan sewaktu melahirkan.  Mungkin sebelumnya ia pernah mendengar tentang perasaan itu pada saat melahirkan, tetapi ternyata tidak dialaminya, dan ia pun merasa tertipu.  Lalu timbullah rasa bersalah dan meragukan kompetensinya sebagai ibu.

Lain penyebab rasa tertekan pada ibu yang mungkin membuat si bayi menangis terus-menerus ialah perasaan ibu yang menyadari bahwa ia tidak seketika merasa penuh kasih-sayang kepada bayinya yang baru dilahirkannya, sedang menurut kata orang hal itu seharusnya terjadi.  Memang cinta pada pandangan pertama mungkin saja terjadi, tetapi belajar mencinta kerap kali makan waktu yang tidak sedikit.  Hal ini tidak hanya berlaku pada kasih antara orang dewasa, tetapi juga antara ibu dan bayinya.

Dari semua yang udah dikatakan di atas kiranya  jelas bahwa menangis pada bayi adalah gejala yang serius dan — kecuali kalau ada alasannya yang jelas seperti sakit atau sebablain — perlu dicari sebab-sebabnya pada perasaan orang tua sendiri.  Terhadap bayi yang menangis berkepanjangan hendaklah jangan bersikap “biar saja” karena baik untuk melatih paru-paru dan sebagainya.  Saat satu-satunya di mana orang tua sebaiknya jangan mendekati si bayi ialah kalau orang tua begitu meluap marahnya karena tangis yang tak habis-habisnya itu, sehingga ada kemungkinan mereka berbuat yang merugikan bagi si bayi.  Tetapi dalam hal ini sebaiknya orang tua tersebut secepat mungkin minta bantuan dokter jiwwa untuk diri mereka sendiri.

Pustaka:
Hugh Jolly. “Membesarkan Anak Secara Wajar”
(Petunjuk lengkap cara pameliharaan anak dari seorang dokter ahli)

Minggu, 31 Januari 2015 – 16:17 WIB
Sita Rose
Di Pangarakan, Bogor   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar