Blog Sita : Pendidikan Dalam Keluarga
Minggu, 05 Juni 2016 - 11:32 WIB
Minggu, 05 Juni 2016 - 11:32 WIB
JAKARTA – Bulan
puasa tahun ini agak berbeda dengan 2015 lalu. Tahun ini diperkirakan lebih
sejuk. Fenomena La Nina diprediksi muncul menggantikan El Nino, pada musim
kemarau 2016 nanti.
Kepala Badan Meteoologi, Klimatologi, dan Geofisika
(BMKG) Andi Eka Sakya menjelakan, musim kemarau tahun ini diperkirakan sangat
singkat. Dimana, dimamikan El Nino di atmosfer juga sudah meluruh jadi netral. Sampai
saat ini saja, belum semua wilayah menunjukkan peralihan musim kemarau. Tercatat,
baru 31,6 persen daerah yang sudah mengalami perubahan musim hujan. Sisanya,
masih mengalami musin hujan. Padahal, musim kemarau diprediksi muncul pada
akhir Maret – September.
“Saat ini
seperti sudah masuk La Nina, tapi terpantau masih sangat netral,” tuturnya
dalam acara persiapan angkutan lebaran, di Kementerian Perhubungan, kemarin
(3/6).
Andi mengatakan, kemungkinan fenomena La Nila
menggantikan El Nino yang cukup kuat memang besar. Dari data statistik selama
50 tahun terakhir, 75 persen El Nino akan diikuti La Nina. Dengan kata lain,
curah hujan akan tinggi saat La Nina nanti.
“La Nina
diprediksi muncul Juli – September,” tuturnya.
Menurutnya, tahun ini akan cukup menarik. Karena,
munculnya La Nina hampir bersamaan dengan dipole
mode negatif. Yakni, kondisi di mana suhu permukaan laut di bagian Barat
Sumatera lebih hangat dari suhu permukaan laut Pantai Timur Afrika, sehingga menyebabkan
pasokan uap air bertambah dan curah hujan tinggi untuk Sumatera bagian Barat. Sumatera
bagian Selatan serta Jawa pada periode Juni – Juli. “Ini yang kita sebut dengan kemarau basah. Sehingga puasa nanti tidak sepanas
tahun lalu, lebih sejuk,” ungkapnya.
Akan tetapi, kondisi ini harus diantisipasi. Sebab,
periode mudik lebaran juga akan terdampak. Pada bulan Juli kondisi cuaca
diprediksi banyak berawan. Salah satunya, awan-awan yang bisa menyebabkan
resiko turbulensi. Kondisi ini terjadi di Indonesia bagian Barat dan Kalimantan.
“Harus
waspada. Tinggi gelombang juga diprediksi mencapai 4 – 6 meter di Barat
Sumateradan Selatan Jawa,” ungkapnya. Selain itu, curah hujan yang mencapai
50 mm/hari menyebabkan momen lebaran bakal dilewati dengan curah hujan tinggi.
Terkait ramalan cuaca tersebut, Dirjen Perhubungan
Udara Kementerian Perhubungan (Kemenhub) Suprasetyo meyakinkan bahwa hal ini
dapat diatasi. Dia mengatakan, setiap pesawat memiliki radar yang bisa mendeteksi
kondisi tersebut. ditambah lagi, kemampuan pilot yang sudah mumpuni untuk
menghadapi ancaman tersebut. “Tentu akan
kita antisipasi,” paparnya.
Pihaknya sendirisudah mulai melakukan pemeriksaan
pada 526 pesawat untuk angkutan lebaran. Ramp
check dilakukan di 25 bandara di Indonesia. “Tahun ini pak Menteri Perhubungan minta semuanya diperiksa. Tidak lagi
sampling. Ini untuk safety, ya!” jelasnya.
Penumpang pesawat udara sendiri diprediksi sebanyak
6.972.069 penumpan, yang terbagi menjadi 6.099.659 penumpang domestik dan
sisanya, 872,410 penumpang internasional. Jumlah ini naik 7,62 persen dari
tahun lalu.
Spesialis neuroscience dari University California
Irvine, Taruna Ikrar mengatakan, umat muslim harus maksimal dalam menunaikan
ibadah puasa. Dalam kajian ilmu tentang otak, berpuasa selama 30 hari bisa
memperbaiki struktur otak. “Jadi teori
ilmiahnya, selama puasa otak akan mendapatkan rangsangan atau stimulus positif,”
jelasnya di Jakarta kemarin (3/6).
Selama menjalankan puasa, di Islam atau puasa di
agama lain, seseorang akan mengalami perubahan di bagian sinaptik otaknya. Sinaptik
ini adalah penghubung antara neuron-neuron yang ada di dalam otak manusia. Nah,
selama berpuasa sinaptik itu akan mendapatkan rangsangan yang positif.
Perubahan yang kedua biasa disebut neurogenesis.
Akademisi jebolan Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar itu menjelaskan,
neorogenesis adalah proses penumbuhan atau regenerasi neuron-neuron. Di enam
jam terakhir selama berpuasa. Taruna mengatakan, terjadi rangsangan dari metabolisme
tubuh untuk penumbuhan neuron-neuron baru. Nah, neuron yang baru tumbuh ini,
akan membawa memori positif menggantikan neuron yang sudah mati.
Proses perubahan ketiga adalah neurokompensasi. Dia menjelaskan,
neurokompensasi adalah akumulasi dari munculnya neuron-neuron baru yang membawa
memori positif. Setelah terakumulasi cukup banyak, neuron yang membawa memori
positif ini bisa membawa manusia untuk berperilaku lebih baik dibanding sebelum
menjalani puasa.
Kunci dari kajiang perkembangan neuron selama puasa
itu, tidak sebatas urusan biologi saja. selama proses pertumbuhan neuron baru,
manusianya tetap mendapatkan input atau rangsangan yang positif. Jika di dalam
Islam, bisa dengan mengikuti pengajian-pengajian atau khutbah keagamaan. Jadi, puasa bisa membawa seseorang menjadi
insan yang lebih baik, itu juga ada kajian ilmiahnya dari sisi neuroscience.
Sementara itu, Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK)
menuturkan bahwa masyarakat sudah semakin dewasa dan memahami perbedaan ritual
keagamaan. Bila awal puasa tahun ini berbeda pun, dia yakin tidak akan ada
gejolak di tengah masyarakat. Warga tetap teduh dalam perbedaan. “kalau perbedaan awal Ramadhan itu tidak
kelihatan. Yang kelihatan kalau berbeda lebaran. Satu sudah pakai pakaian
baruyang lain belum,” ujar JK di IstanaWakil Presiden, kemarin (3/6).
Dia menekankan bahwa seluruh masyarakat juga harus
saling menghormati, yang puasa menghormati yang tidak puasa, begitu juga
sebaliknya. “Yang tidak puasamenghormati
dengan tidak merokok. Kantin juga tutup,” tambah dia.
Namun, ketua umum Dewan Masjid Indonesia itu
mengingatkan kalau perbedaan dalam ibadah seperti penentuan awal Ramadhan atau
Lebaran itu tentu tidak bisa dikompromikan. Itu sama halnya dengan
mengkompromikan halal dan haram. Orang yang yakin bahwa waktunya lebaran tentu
haram hukumnya untuk berpuasa.
“Kalau dagang
bisa kita kompromikan. Ibadah susah
dikompromikan. Tidak apa-apa yang penting rukun-rukun saja,” ujar alumnus
Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin Makassar itu. (mia/jun)
Sumber:
RADAR BOGOR
Edisi: Sabtu, 4 Juni 2016
Bumi Pangarakan,
Bogor
Minggu, 05
Juni 2016 – 11:08 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar