Untuk bermain PS acapkali anak berbohong pada orang tua |
JUMAT,
02 NOVEMBER 2012 – SITA BLOG: Kemungkinan besar anak berbohong disebabkan oleh karena orang tua acap kali
melarang anak untuk mengatakan atau menceritakan sesuatu peristiwa atau
kejadian yang benar. Sebagai ilusterasi,
"Jagad secara terus terang mengatakan kepada ibunya bahwa ia sangat
membenci adiknya yang bernama Jayeng dan pernah mencubit adiknya itu sampai
menangis meraung-raung." Mendengar
pernyataan ini Ibunya langsung mencubit paha Jagad bahkan menampar pipinya
hingga memar memerah.
Suatu ketika Jagad marah lagi pada
adiknya karena mengganggu saat ia sedang belajar, ibunya datang, hati Jagad
masih bergolak menahan rasa marahnya, akan tetapi Jagad mengatakan pada ibunya
itu, bahwa ia sangat menyayangi adiknya.
Mendengar penuturan ini ibunya langsung merangkul Jagad dengan mencium
pipinya dan mengusap-usap kepalanya.
Dari contoh ilustrasi di atas dapat
kita tarik kesimpulan, bahwa berbicara benar membuat seorang anak seperti Jagad,
mendapat perlakuan yang kurang menyenangkan, merasakan kesakitan, dicubit dan
ditampar oleh ibunya, sedangkan dengan berbohong mengatakan yang bukan
sebenarnya mendapatkan sesuatu yang menyenangkan. Pengalaman itu mengajarkan kepada anak bahwa
ibu lebih menyukai kepada anaknya yang berbohong. Hal seperti inilah yang acap kali dikeluhkan
oleh seorang ibu karena anak-anaknya sering berbohong. Orang tua terutama seorang ibu sering kali
menyalahkan anak-anaknya yang sering kali berbohong. Padahal secara tak disadarinya, kelakuan dan
sikap anak untuk berbicara bohong itu akibat dari prilaku dan tindakannya
sendiri dalam menyikapi suatu kejadian di dalam keluarga berkait dengan
anak-anaknya. Dan berbicara bohong dari anak-anaknya tersebut merupakan hasil
dari didikkannya sendiri.
Bohong adalah berbicara yang tidak
sebenarnya dan itu dilalakukan dengan sengaja yang bertujuan untuk
memperdayakan orang lain. Dengan kata
lain berbohong meliputi tiga faktor;
1
) berbicara yang tidak dengan
sebenarnya,
2.) dilakukan dengan sengaja, dan
3
) bertujuan untuk memperdayakan orang
lain.
Berkait
dengan masalah tersebut di atas, jika
orang tua menginginkan anak-anaknya bersikap jujur, dan tidak berbohong, maka
seyogyanyalah harus bersedia untuk mendengarkan suatu kebenaran baik kebenaran
itu terasa manis atau pahit, baik ataupun buruk yang dinyatakan oleh seorang
anak. Jangan sampai anak merasa takut untuk mengungkapkan segala isi
hatinya. Seorang anak biasanya akan
selalu memperhatikan reaksi orang tua terhadap ekspresi ungkapan
perasaannya. Dan reaksi-reaksi orang
tuanya itulah yang mengajarkan kepada anak,
apakah sebaiknya dia bersikap jujur atau
berbohong. Apabila orang tua pada suatu ketika menghukum anaknya yang
sudah mengatakan yang sebenarnya, jujur dan tidak berbohong, maka tentunya
seorang anak akan terdorong untuk berbohong sebagai tindakan bela diri atau
pertahanan diri.[Sita S.Priyadi]
Apabila orang tua pada suatu ketika menghukum anaknya yang sudah mengatakan yang sebenarnya, jujur dan tidak berbohong, maka tentunya seorang anak akan terdorong untuk berbohong sebagai tindakan bela diri atau pertahanan dirI.
BalasHapus